Budidaya Sapi
Sapi
Bali berat badan mencapai 300-400 kg. dan persentase karkasnya 56,9%.
Sapi Aberdeen angus (Skotlandia) bulu berwarna hitam, tidak bertanduk,
bentuk tubuh rata seperti papan dan dagingnya padat, berat badan umur
1,5 tahun dapat mencapai 650 kg, sehingga lebih cocok untuk dipelihara
sebagai sapi potong. Sapi Simental (Swiss) bertanduk kecil, bulu
berwarna coklat muda atau kekuning-kuningan. Pada bagian muka, lutut
kebawah dan jenis gelambir, ujung ekor berwarna putih.
Sapi Brahman (dari India),
banyak dikembangkan di Amerika. Persentase karkasnya 45%. Keistimewaan
sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis
pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan
yang jelek sekalipun. Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan
caplak dan nyamuk serta tahan panas.
Kandang
dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah
sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan
pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda
penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau
saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya
dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan
penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas
ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan
penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih
luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih
banyak.
Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna
mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat
atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah
dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
Seluruh
bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan
terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan
bahanbahan lainnya.
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi
jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina
dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan
tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40
derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi
pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga
dataran tinggi (> 500 m).
Kandang untuk pemeliharaan sapi
harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan
beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan
perlengkapan kandang.
2. Pemberian Pakan
Pada
umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi dalam
masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan
pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Pemberian
pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (Pasture
fattening), kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan
kedua.
Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang
rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat
penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari.
Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat
karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput.
Pakan
dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan
istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang,
sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak
10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat
badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa,
gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput
ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat
berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan
jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.
Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi
menjadi
3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam
hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan
tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput
gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.
Hijauan
kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan dengan
tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan kering
adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa
digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yang
banyak mengandung serat kasar.
Hijauan segar dapat diawetkan
menjadi silase. Secara singkat pembuatan silase ini dapat dijelaskan
sebagai berikut: hijauan yang akan dibuat silase ditutup rapat, sehingga
terjadi proses fermentasi. Hasil dari proses inilah yang disebut
silase. Contoh-contoh silase yang telah memasyarakat antara lain silase
jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll.
9.4. Pemotongan Karkas
Akhir
dari suatu peternakan sapi potong adalah menghasilkan karkas
berkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga recahan daging yang dapat
dikonsumsipun tinggi. Seekor ternak sapi dianggap baik apabila dapat
menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut dan
akhirnya akan diperoleh 46,50% recahan daging yang dapat dikonsumsi.
Sehingga dapat dikatakan bahwa dari seekor sapi yang dipotong tidak akan
seluruhnya menjadi karkas dan dari seluruh karkas tidak akan seluruhnya
menghasilkan daging yang dapat dikonsumsi manusia. Oleh karena itu,
untuk menduga hasil karkas dan daging yang akan diperoleh, dilakukan
penilaian dahulu sebelum ternak sapi potong. Di negara maju terdapat
spesifikasi untuk pengkelasan (grading) terhadap steer, heifer dan cow
yang akan dipotong.
Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu
karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas
dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang,
rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen
daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas harus mendapat
penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas
dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran
mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan.
Daging
dari karkas mempunyai beberapa golongan kualitas kelas sesuai dengan
lokasinya pada rangka tubuh. Daging kualitas pertama adalah daging di
daerah paha (round) kurang lebih 20%, nomor dua adalah daging daerah
pinggang (loin), lebih kurang 17%, nomor tiga adalah daging daerah
punggung dan tulang rusuk (rib) kurang lebih 9%, nomor empat adalah
daging daerah bahu (chuck) lebih kurang 26%, nomor lima adalah daging
daerah dada (brisk) lebih kurang 5%, nomor enam daging daerah perut
(frank) lebih kurang 4%, nomor tujuh adalah daging daerah rusuk bagian
bawah sampai perut bagian bawah (plate & suet) lebih kurang 11%, dan
nomor delapan adalah daging bagian kaki depan (foreshank) lebih kurang
2,1%. Persentase bagian-bagian dari karkas tersebut di atas dihitung
dari berat karkas (100%).
Persentase recahan karkas dihitung sebagai berikut:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar